Selasa, 19 Juni 2012

ANNELIDA

A.     Pengertian Annelida
Annelida berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Annelus yang berarti cincin kecil. Annelida sering disebut juga Annulata yang memiliki arti cacing yang bersegmen karena biasanya tubuhnya bersegmen-segmen/ beruas-ruas seperti cacing tanah. Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang.
Terdapat sekitar 15.000 spesies fillum Annelida yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada cacing tanah raksasa Australia. Cara hidup annelida berbeda-beda, ada yang hidup bebas, mengubur diri, dan komensal. Anggota fillum Annelida hidup di laut, air tawar, di darat (tanah lembap) dan diantaranya ada yang hidup sebagai parasit.
B.     Karakteristik fillum Annelida
Annelida memiliki simetri tubuh bilateral simetri, tubuh memanjang, dan rongga tubuhnya beruas-ruas atau bersegmen baik di luar maupun di dalam. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Bagian luar tubuhnya ditutupi kutikula yang lembap, di bawahnya terdapat epitel kolumnar yang mengandung sel kelenjar juga sel sensori dan terlihat adanya ruas-ruas pendek berbentuk cincin, tubuhnya terdiri dari sederetan segmen yang sama, yang dikenal dengan istilah matameri artinya tiap segmen itu memiliki organ tubuh seperti alat reproduksi, otot, pembuluh darah dan sebagainya.
Hewan ini tergolong kedalam kelompok tripoblastik yang mempunyai rongga tubuh sejati karena rongga tersebut dibatasi oleh mesodermis yaitu mesodermis somatik di sebelah luar yang berbatasan dengan ektodermis, sedangkan di sebelah dalam mesodermis splanknik yang berbatasan dengan endodermis. Hewan-hewan itu bersifat diesius atau hermafrodit, walaupun pada beberapa jenis terjadi reproduksi aseksual. Selain itu, hewan-hewan itu mempunyai sistem digesti, saraf, ekskresi dan reproduksi yang majemuk. Dinding tubuh dan saluran pencernaan dilengkapi oleh otot sirkular dan otot longitudinal, terdapat selom (kecuali Hirudinae) dan selom cacing tanah terpartisi oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali saraf menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu (pembuluh utama memiliki cabang bersegmen). Sistem pencernaan memiliki beberapa daerah khusus yaitu faring, esofagus, tembolok, rempela, dan usus halus. Sistem pencernaan pada Annelida mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim pencernaan sepanjang saluran pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus yang tidak bercabang-cabang, dan berakhir pada anus. Sedangkan sistem sirkulasi atau sistem peredaran darahnya tidak dilengkapi oleh jantung, sistem peredaran darahnya tertutup terdiri atas suatu jaringan pembuluh darah longitudinal, yang bercabang ke samping pada setiap somit yang mengandung darah dengan haemoglobin pembawa oksigen.
Pembuluh darah dorsal dan ventral  dihubungkan oleh beberapa pasang pembuluh segmental. Pembuluh dorsal dan lima pasangan pembuluh yang melingkari esofagus cacing tanah adalah pembuluh berotot dan memompa darah melalui sistem sirkulasi. Pembuluh darah kecil sangat banyak terdapat pada kulit cacing tanah, yang berfungsi sebagai organ pernapasannya. Annelida berespirasi dengan epidermis dan khusus bagi Annelida yang hidup di dalam air maka oksigen diperolehnya melalui insang.
Pada masing-masing segmen cacing tersebut terdapat sepasang tabung eksketoris yang disebut metanefridia, dengan corong bersilia, yang disebut nefrostom, yang mengeluarkan buangan dari darah dan cairan selomik. Metanefridia akan bermuara ke pori-pori eksterior, dan buangan metabolisme di keluarkan melalui pori-pori. Sisa-sisa metabolisme dikumpulkan ke dalam cairan tubuh yang terdapat di dalam rongga tubuh kemudian dikeluarkan melalui nefridia yaitu sepasang alat yang berfungsi sebagai ginjal dan terdapat pada setiap ruas-ruas tubuh.
Sistem sarafnya terdiri atas sepasang ganglion utama yang berperan sebagai otak terdapat di bagian depan, sedangkan ganglion-ganglion lainnya terdapat disetiap ruas yang dihubungkan melalui tali saraf yang memanjang ke bagian belakang tubuhnya.
Annelida dapat bergerak dengan menggunakan otot-otot dinding tubuhnya, sebagian diantaranya dibantu pula oleh gerakan-gerakan setae, yaitu bulu-bulu kaku yang terdapat di permukaan tubuhnya. Pada Polichaeta terdapat tentakel di kepala dan mempunyai parapodia.
C.      Pembagian Kelas Fillum Annelida
Dalam fillum Annelida terdapat 3 kelas Annelida, yaitu, Oligochaeta, Polychaeta, dan Hirudinea.
a.      Kelas Oligochaeta
      Kelas cacing bersegmen ini meliputi cacing tanah dan berbagai spesies akuatik. Cacing tanah memakan tanah untuk membuat lubang jalan melalui tanah, dan mengekstraksi nutrien sementara tanah dilewatkan melalui saluran pencernaan. Bahan-bahan yang tidak tercerna, tercampur dengan mukus yang disekresikan ke dalam saluran pencernaan, dikeluarkan sebagai kotoran melalui anus. Sebagian besar oligoketa hidup dalam air tawar atau di darat. Cacing dari kelompok ini tidak mempunyai parapodia, namun pada setiap ruas terdapat setae walaupun tidak banyak jumlahnya.
      Sebagai contoh Oligochaeta yang mudah diperoleh adalah cacing tanah dari genus Pheretima dan Lumbricus. Pada cacing ini terlihat adanya penebalan kulit yang terdiri dari beberapa ruas tubuh di dekat bagian depan tubuhnya, bagian yang menebal dinamakan klitelum dan berfungsi pada perkembangbiakan sebagai penghasil lendir untuk membentuk kokon. Kepalanya tidak jelas dan merupakan hewan berkelamin ganda (hermafrodit) yang pembuahannya berlangsung secara silang di luar tubuh atau tepatnya di dalam kokon. Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segmentasi nampak jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula. Biasanya, cacing tanah mempunyai lebih dari 100 metamer. Mulut berbentuk celah pada ujung dan memanjang Pada cacing yang telah dewasa seksual mulai dari segmen ke 32 dari anterior dan memanjang ke posterior sampai 6 atau 7 segmen.
ü  Sistem digesti
      Truktus digestivus berupa sebuah tabung lurus mulai dari mulut, lalu faring yang kuat dan membengkak (segmen 2-6), esofagus (6-14), ingluvies (tembolok) yang berdinding tipis (segmen 14-17), gizzard (lambung tebal) (segmen 17-18), kemudian usus halus (segmen 19 sampai segmen akhir) dan anus. Usus halus mempunyai lipatan internal sebelah dorsal yang disebut tiflosol, yang memanjang mengikuti panjang usus. Esofagus dilengkapi dengan 3 pasang kelenjar berkapur yang memanjang pada sisi-sisinya.
ü  Sistem respirasi dan sirkulasi
      Cacing tanah bernafas melalui kutikula yang menutupi seluruh tubuhnya. Pernapasan berlangsung hanya jika kutikula itu basah. Sistem pembuluh darah terdiri dari 2 pembuluh longitudinal utama dan 3 pembuluh longitudinal lainnya yang lebih kecil. Darah mengalir ke depan dalam pembuluh darah dorsal melalui 5 pasang jantung yang berotot, masing-masing dalam segmen ke 7-11, terus ke pembuluh darah ventral. Selain itu, darah mengalir ke dinding tubuh, lalu kembali lagi ke pembuluh darah dorsal melalui 3 pembuluh longitudinal yang kecil-kecil. Darah cacing tanah berwarna merah terdiri dari cairan plasma yang mengandung amoebosit, yaitu butiran- butiran yang tidak berwarna. Yang berwarna merah itu plasmanya, karena mengandung hemoglobin yang larut.
ü  Sistem Ekskresi
      Dalam tiap segmen terdapat sepasang nefridium, kecuali segmen pertama dan terakhir. Tiap nefridium membuang material dari ruang selom di sebelah anteriornya melalui nefrostom dan saluran yang berbelit-belit ke luar tubuh melewati porus ekskretorius ventral. Nefridium juga menerima material difusi dari kapiler-kapiler darah di sekitar pembuluh.
ü  Sistem saraf dan sistem sensoris
      Sistem saraf berupa sebuah rantai ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke 4. Di samping itu ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam segmen ke 3. Tali korda saraf disekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris yang sensitif terhadap sentuhan dan cahaya.
ü  Sistem reproduksi dan perkembangan
      Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak terjadi fertilisasi oleh dirinya sendiri. Di sini ada 2 macam testes, masing-masing terletak dalam segmen ke 10 dan ke 11, yang dibungkus oleh vesikula seminalis yang berjumlah 3 pasang dan setiap pasangan vesikula seminalis ini terletak dalam segmen ke 9, ke 10, dan ke 11.
      Spermatozoa dari vesikula seminalis melalui 2 pasang vasa eferensia. Kopulasi berlangsung pada malam hari. Selama kopulasi (kira-kira 3 jam), spermatozoa dari ekor cacing di pindahkan ke dalam reseptakulum seminalis cacing yang lain. Biasanya terjadi fertilisasi resiprokal (fertilisasi silang). Setelah kopulasi, dua ekor cacing itu berpisah. Kokon kemudian terbentuk pada masing-masing cacing kira-kira pada klitelum. Kokon memanjang ke depan  dan menerima telur dari cacing itu sendiri dan spermatozoa dari cacing yang lain yang disimpan dalam reseptakulum seminalis. Setelah kokon menerima telur dan spermatozoa, kemudian cacing menarik kembali kokon ke belakang dan lubang kokon tertutup. Kokon kemudian membungkus zigot-zigot yang terbentuk dan masing-masing tumbuh menjadi cacing kecil dalam kokon dan diletakkan dalam tanah yang lembap.
ü  Contoh Oligochaeta adalah:
1)     Lumbricus terestris
2)     Pheretima poshuma
3)     Eiseria foetida (hidup di kompos)
4)     Metastrongilus elongates
5)     Amoebotaenia sphenoides.
b.     Kelas Polychaeta
Cacing yang termasuk kelompok Polychaeta biasanya hidup di laut dengan membenamkan diri di pasir atau berenang bebas. Beberapa diantaranya bergerak dan berenang diantara plankton, ada pula yang merangkak atau membuat lubang di dasar laut dan banyak pula yang hidup dalam tabung yang dibuat oleh cacing itu dengan cara mencampur mukus dengan sedikit pasir dan cangkang yang pecah. Polychaeta yang tinggal dalam tabung adalah cacing kipas yang berwarna cerah. Pada setiap ruas tubuh Polychaeta terdapat parapodia yang berfungsi dalam lokomosi, yaitu sepasang tonjolan berdaging mirip dayung atau mirip bukit yang ditumbuhi setae dan digunakan sebagai alat gerak, alat ini mengandung banyak kapiler-kapiler darah dan berkulit tipis sehingga digunakan juga sebagai alat pernafasan. Masing-masing parapodia memiliki beberapa setae yang terbuat dari polisakarida kitin, pada banyak hewan polychaeta parapodia sangat kaya dengan pembuluh darah dan berfungsi sebagai insang.
Bagian kepalanya tampak jelas dan disitu terdapat rahang, mulut, mata dan tentakel sebagai alat peraba. Faring berahang, dikelilingi dengan peristomium dan beratap yang disebut prostomium. Prostomium dilengkapi dengan 4 buah mata sederhana di sebelah dorsal, 2 tentakel pendek dan 2 palpus. Peristomium dilengkapi dengan 4 tentakel panjang. Cacing ini mempunyai jenis kelamin yang terpisah dan pembuahan terjadi di luar tubuh menghasilkan zigot yang berkembang menjadi trokofor, yaitu larva bersilia yang dapat berenang.
Contoh Polychaeta adalah Neanthes/Nereis Virens yang terkenal sebagai cacing pendiam (clamworm). Cacing ini mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dan dijadikan bahan makanan, hidup di dekat garis pantai, bersembunyi di bawah batu, atau mengubur diri pada siang hari dan keluar pada malam hari, panjangnya 45 cm. Sistem digesti mulai dari faring ke esofagus, dan terus ke usus (ventrikulo-intestinum). Contoh lainnya adalah Eunice viridis, E. gigantean; Lysidice oele; Leodice fucata, Arenicola; dan Spirobis.
ü  Sistem respirasi dan sirkulasi
Pernapasan berlangsung melalui kulit, terutama di parapodia. Darahnya mengandung pigmen (hemoglobin), mengalir dalam pembuluh-pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal dorsal. Pembuluh-pembuluh dorsal dan ventral dihubungkan oleh laras-laras (kanal) dalam tiap segmen dan bercabang-cabang kealat-alat dalam.
ü  Sistem ekskresi
Dalam tiap segmen, kecuali yang terakhir dan yang pertama, terdapat sepasang nefridium untuk membersihkan segmen disebelah anterior dari segmen tempat nefridium terdapat.
ü  Sistem saraf dan indera
Pada hewan ini terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal, dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sepasang saraf ventral. Dalam setiap segmen, batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah yang terdiri dari kornea, lensa dan retina sehingga analogdengan mata pada vertebrata.
ü  Reproduksi
Nereis bersifat diesius, testis atau ovarium terbentuk pada dinding selom dan tersusun segmental (beberapa atau banyak segmen). Gamet tua keluar dengan paksa melalui dinding tubuh. Fertilisasi terjadi di dalam air dan zigot tumbuh menjadi trokofor. Sistem reproduksi kurang majemuk tetapi lebih matematis dibandingkan cacing tanah.
c.       Kelas Hirudinea
      Annelida yang termasuk  kelompok Hirudinea antara lain adalah lintah dan pacet. Mayoritas lintah hidup di air tawar, tetapi terdapat juga lintah darat atau tanah yang bergerak melalui vegetasi lembap, menempel pada mahkluk hidup lain (parasit atau bahkan sebagai predator dan pemakan bangkai) dan hidup di laut. Panjang lintah berkisar antara 1 sampai 30 cm. Tubuhnya rata dan pipih dengan selom yang tereduksi, tidak mempunyai parapodia maupun setae, tetapi mempunyai sucker pada ujung anterior dan posterior yang berguna sebagai alat penghisap yang digunakan untuk melekatkan diri, alat gerak dan juga untuk mendapatkan makanan.
ü  Sistem digesti
      Mulai dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan dikelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini mengeluarkan sekret yang mengandung bahan anti-koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring terus ke tembolok (crop) yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral, memajang sampai segmen ke 18. Kemudian bersatu lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan spiral internal, yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok secara berangsur-angsur (gradually). Kantung-kantung tembolok itu berguna untuk menyimpan darah. Jumlah darah yang disimpan dalam krop dapat mencapai berat 3 kali berat lintah itu sendiri. Untuk mencerna darah sebanyak itu diperlukan waktu tiga bulan. Dari lambung saluran digesti melanjut ke usus, rektum, dan berakhir sebagai anus di sebelah posterior.
ü  Sistem respirasi dan sirkulasi
Pernapasan berlangsung melalui permukaan kulit. Darah yang mengandung hemoglobin mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral tubuh. Di sebelah dorsal dan ventral tubuh juga ada sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal berotot itu dengan rongga-rongga dalam selom.
ü  Sistem ekskresi
      Setiap segmen dari segmen ke 7-23 berisi nefridia yang berpasangan yang masing-asing mempunyai ekspansi berupa vesikula yang berbentuk gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.
ü  Sistem saraf dan perasa
      Sistem saraf pada lintah sama seperti pada cacing tanah, tetapi pada lintah ganglion-ganglion ventralnya lebih jelas, sedangkangkan ganglion serebral lebih kecil. Lintah bermata 10 buah (5 pasang) dan terdapat pada 5 segmen pertama. Pada semen selanjutnya terdapat organ-organ sensoris.
ü  Reproduksi dan perkembangan
      Lintah bersifat hemafrodit dengan beberapa pasang testes dan satu pasang ovarium. Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Masa sel sperma (spermatofor) yang telah mengental (aglutinasi) dimasukkan ke dalam vagina lintah partnernya melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan perkembangan terjadi dalam kokon seperti pada cacing tanah. Tiap telur yang dibuahi menjadi zigot dan tumbuh menjadi lintah-lintah kecil dalam kokon. Kokon diletakkan dalam alam bebas.
ü  Contoh Hirudinae
1)     Hirudo medicinalis (lintah)
2)     Haemadipsa zeylanica (pacet)
3)     Hirudinaria javanica (lintah kuning)
D.     Peranan Annelida bagi Kehidupan Manusia
Annelida memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, di antaranya:
·         Cacing tanah digunakan untuk memancing, pengobatan (Lumbricus rubellus), dan untuk kesuburan tanah. Karena menurut penelitian cacing Lumbricus rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi yaitu sekitar 76%.
·         Beberapa jenis Annelida seperti cacing wawo (Eunice viridis) dan cacing palalo (Lysidice oele) dapat di konsumsi.
·         Lintah menghasilkan zat antikoagulasi (hirudin) atau zat anti pembekuan darah dan dapat dipergunakan untuk obat.
·         Cacing tanah dapat digunakan untuk bahan baku kosmetik, ekstraknya dipakai sebagai bahan penghalus kulit, pelembap wajah, dan pelembap lipstick.
·         Cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, karena mengandung lemak dan mineral tinggi juga mengandung beberapa asam amino seperti 10,7% arginin, 4,4% tryptophan, dan 2,25% tyosin yang sangat penting bagi unggas.
·         Cacing tanah mampu mengobati berbagai infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag.
·         Cacing tanah mampu mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti batuk, asma, influenza, dan TBC.
·         Cacing tanah dapat digunakan untuk menurunkan kolesterol, tekanan darah pada penderita hipertensi, serta menurunkan kadar gula darah bagi penderita diabetes.
·         Cacing tanah dapat digunakan untuk mengobati wasir, eksim, alergi, luka, sakit gigi dan mengurangi pegal linu akibat keletihan dan reumatik.
·         Cacing tanah mampu memusnahkan sampah organik dan mengolah limbah industri. Cacing pengelola sampah itu adalah Lumbriccus rubellus Sp./ (red wawo), Lumbriccus terristis, Eisena foetida/ (tiger worm), Pheretime definges.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar